Home
Pernikahan
"Solusi Jika Sering Bertengkar Dengan Suami Istri"
"Solusi Jika Sering Bertengkar Dengan Suami Istri"
Minggu, 31 Maret 20130 komentar
Sering bertengkar dengan istri atau sering bertengkar dengan suami? Konflik Dalam Rumah Tangga dan Solusinya, Konflik dalam rumah tanggan pemicu perceraian, maka di sini To-Sidrap.Com akan berikan solusinya. Masih sering bertengkar dengan pasangan ranjangnya? Simak artikel berikut : Konflik di dalam rumah tangga muncul akibat berbagai macam masalah yang terjadi diantara suami istri. Masalah-masalah di dalam rumah tangga yang bisa memicu konflik biasanya terjadi akibat adanya ketidakseimbangan di dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang sifatnya urgent. Dan apabila kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi, seringnya penyikapan dari salah satu pasangan akan selalu berujung negatif, sehingga akan menciptakan sebuah konflik di dalam kehidupan rumah tangganya.
Solusi Jika Sering Bertengkar Dengan Suami Istri
Masalah-masalah dalam pemicu konflik atau sering bertengkar itu adalah:
1. Masalah Finansial atau Keuangan keluarga
Menurut saya ini adalah masalah pemicu konflik yang paling besar yang umumnya melanda pada pasangan suami istri dalam kehidupan rumah tangganya. Suami pengangguran atau di PHK, suami memiliki gaji kecil sehingga tidak bisa memenuhi semua kebutuhan keluarganya, memiliki banyak hutang yang sudah lama belum bisa terbayar, gaji istri lebih besar daripada suami, dan masalah-masalah lainnya yang menyangkut dalam hal keuangan inilah sumber pemicu konflik pertama yang menjadikan ketegangan diantara pasangan suami istri. Pasangan suami istri yang tidak siap dengan kondisi seperti ini biasanya akan selalu bertengkar dan saling menyalahkan, mungkin bisa jadi akan berujung kepada perceraian, atau salah satu dari pasangan kabur dari rumah dan meninggalkan keluarganya begitu saja.
Beberapa solusi dari Masalah Finansial atau Keuangan keluarga ini diantaranya adalah:
Hal yang harus diperhatikan para pria sebelum menikah adalah memantapkan kondisi finansial terlebih dulu. Ini bukan berarti kita harus memiliki semuanya, tapi dengan kesiapan kondisi keuangan akan memudahkan kita dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang notabene sangat membutuhkan banyak sekali pengeluaran uang.
Hendaknya anda sudah bekerja atau memiliki penghasilan sendiri sebelum menikah.
Hendaknya suami bisa mengantisipasi segala kemungkinan yang ada apabila suatu saat dirinya di PHK dari pekerjaaanya. Menabung untuk membangun bisnis sendiri adalah solusi pertama yang bisa dicoba. Tidak mungkin kan kita sampai tua bekerja terus menjadi karyawan?
Hendaknya suami terus berusaha walau bagaimanapun hasilnya untuk selalu bekerja dan menghasilkan uang. Ini adalah untuk menutup pintu fitnah dari bahaya laten suami pengangguran alias benalu dalam keluarga.
Peran istri sangat mendukung dalam masalah ini. Apabila mengetahui kondisi suami yang baru saja di PHK atau usaha yang sedang dirintisnya mengalami kebangkrutan, jangan sekali-kali bersikap antipati dan mencibirnya. Berusahalah sabar dan menerima keadaan, teruslah menyemangati suami agar tetap berusaha dan mencari pekerjaan atau menumbuhkan kembali semangat wirausahanya. Biasanya konflik terjadi akibat istri yang terlalu menuntut dan tidak sabar dalam menghadapi kondisi suaminya, mungkin berbeda halnya apabila suami memang cuek dan tidak mau berusaha dengan keras untuk bekerja.
2. Masalah Sex dan Keturunan
Masalah kedua yang bisa menjadi pemicu prahara dalam rumah tangga adalah ketika salah satu pasangan tidak bisa atau kurang dalam memenuhi kebutuhan seksualnya. Jangan pernah menganggap remeh masalah ini. Banyak sekali konflik yang terjadi akibat masalah ini. Suami yang impoten, suami atau istri yang mandul, suami yang terkena ejakulasi dini dan tidak bisa lama dalam memuaskan istrinya, atau sebaliknya istrinya yang hyper sex dan selalu merasa kurang, dan masih banyak masalah sex lainya yang bisa menjadi pemicu konflik dalam rumah tangga. Efek dari masalah ini adalah terjadinya perselingkuhan, mencari kepuasan dengan “jajan” di luar, pisah ranjang hingga perceraian. Saya rasa masalah ini tidak memandang kaya dan miskin, ketika salah satu pasangan tidak bisa memberikan kepuasan sebagaimana mestinya maka dipastikan akan terjadi perang dingin dalam rumah tangga. Untuk itulah sekali lagi jangan pernah menganggap remeh masalah ini.
Beberapa solusi dari Masalah Sex dan Keturunan ini diantara adalah:
Menjalin komunikasi yang baik diantara suami istri. Jangan selalu memendam kekecewaan dalam hati. Kemukakanlah kekurangan anda kepada pasangan anda. Apakah itu suami yang ejakulasi dini, atau istri yang selalu belum mencapai orgasme ketika berhubungan dan yang lainnya. Intinya jangan malu untuk terus terang dengan pasangan anda. Mungkin anda ingin mencoba variasi seks gaya baru, maka utarakanlah hal itu terhadap pasangan anda. Selama itu aman dan dalam konteks yang diperbolehkan kesehatan dan agama, maka silakan untuk mengkondisikannya dengan pasangan anda.
Konsultasikan dengan dokter pribadi anda, khususnya kepada dokter yang menangani masalah kelamin. Mungkin dokter akan memberikan solusi dan obatnya apabila memang itu sebuah penyakit yang disembuhkan. Jangan khawatir, setiap penyakit itu ada obatnya.
Untuk masalah pasangan yang sudah lama belum diberikan keturunan. Saya rasa ini hanya masalah waktu saja. Tidak ada yang menjamin bahwa seseorang tidak akan mempunyai anak. Sebagai muslim tentunya kita percaya bahwa ada Allah yang menentukan segalanya. Jadi saya sarankan untuk selalu berdo’a dan berusaha.
Mungkin cukup dua masalah saja yang akan saya angkat dalam postingan kali ini. Dua pokok masalah ini memang seakan menjadi momok yang menakutkan bagi pasangan suami istri dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Tapi jangan khawatir, jika anda bisa menghadapinya dengan bijak, maka ketakutan itu tidak akan terjadi.
Nah itulah artikel tentang Solusi Jika Sering Bertengkar Dengan Suami Istri yang bersumber :
http://themenworlds.com/2012/04/09/konflik-dalam-rumah-tangga-dan-solusinya
!!!===================!!!
Ketika Suami Istri Suka Bertengkar, Mengingat suami dan istri punya cara berpikir, kebiasaan, dan juga gaya komunikasi tertentu yang berbeda dengan pasangannya maka pertengkaran merupakan hal yang sangat normal dalam kehidupan pernikahan. Adanya pertengkaran juga menunjukkan bahwa proses penyesuaian diri sedang berlangsung dan masih ada komunikasi di antara suami dan istri.
Cukup banyak pasangan yang mengaku bahwa mereka bertengkar hebat hanya gara-gara hal sepele. Namun, bila pertengkaran sudah menjadi rutinitas sehari-hari, diwarnai oleh kata-kata kasar, menyebabkan macetnya komunikasi, dan berakhir dengan saling menyakiti maka sudah saatnya untuk mencari solusinya. Bila dibiarkan berlarut-larut, pertengkaran semacam ini akan menutupi rasa cinta Anda kepada pasangan dengan kemarahan, kekecewaan, dan dendam yang mendalam.
Solusi dari masalah di atas di antaranya sebagai berikut.
a. Umumnya, pertengkaran yang sering terjadi disebabkan oleh masalah yang ‘itu-itu’ saja. Pemicunya bisa berupa hal kecil, namun inti permasalahannya tetap sama dan belum juga menemukan pemecahan. Bahkan, kadang menimbulkan perang dingin karena kedua belah pihak merasa benar dan gengsi untuk mulai berbaikan kembali. Kecuali jika pasangan Anda seorang cenayang, sulit untuk memahami perasaan dan isi pikiran Anda jika membisu. Sebaliknya, jika pasangan yang membisu, coba bujuk ia agar bicara. Anda perlu menemukan isu utama di balik masalah yang terjadi. Sebenarnya, itu semua karena komunikasi yang kurang lancar, kurang ada keterbukaan mengenai keinginan serta batasan masing-masing. Wanita cenderung lebih sensitif dan tidak membicarakan langsung pokok masalah. Adapun pria cenderung bicara straight to the point.
Oleh karena itu, coba gali inti masalah yang ingin Anda bahas bersama pasangan. Batasi pembicaraan hanya untuk masalah itu agar tidak berbelit-belit ketika membicarakan dan merampungkan sebuah masalah. Sebaliknya, coba dengarkan dan pahami juga pandangan pasangan Anda terhadap masalah tersebut. Jangan mempertahankan gengsi dan ego masing-masing.
b. Salah satu kelemahan utama dari pasangan yang hobi bertengkar adalah kurangnya kesediaan untuk mendengarkan pasangan. Masing-masing lebih sibuk memikirkan apa yang akan diucapkan untuk “melawan” perkataan pasangannya. Akibatnya, suami dan istri semakin keras mengungkapkan pendapatnya karena merasa tidak didengar. Dalam kondisi kesal dan marah, Anda mungkin cenderung melihat satu kesalahan pasangan sebagai sesuatu yang meluas, kemudian muncul ucapan-ucapan tertentu, seperti, “Suami tidak bertanggung jawab, lebih baik kita cerai saja!” Atau, “Kamu sama keras kepalanya dengan ibumu!” Ucapan-ucapan seperti itu bisa merupakan pemicu pertengkaran hebat dan bahkan kekerasan fisik.
Bila pasangan mulai naik darah dan menyinggung kesalahan Anda pada masa lalu, sedapat mungkin hindari melakukan hal yang sama karena cara ini justru akan membesarkan api amarahnya. Abaikan saja kemarahan pasangan. Dengan bersikap tenang dan tidak berkomentar, biasanya kemarahan pasangan lebih cepat reda. Tetaplah hanya membicarakan isu yang sedang dibahas. Bila situasi sangat memanas, lebih baik Anda berdua break sejenak untuk menenangkan diri dan meneruskan pembicaraan saat Anda berdua sesudah lebih tenang.
c. Salman Al-Farisi r.a. meriwayatkan bahwa suatu ketika Fatimah r.ha. berkunjung kepada Rasulullah. Ketika Rasulullah saw melihatnya, kedua mata Fatimah mencucurkan air mata, dan raut mukanya berubah. Nabi saw bertanya, “Mengapa engkau, wahai anakku?” Fatimah r.ha. menjawab, “Ya Rasulullah, tadi malam aku dan Ali bergurau, dan telah timbul percakapan yang menyebabkan dia marah kepadaku karena kata-kata yang terlontar dari mulutku. Ketika aku melihat bahwa dia (Ali) marah, aku menyesal dan merasa susah. Aku berkata kepadanya, “Hai kekasihku, kesayanganku, relakanlah akan kesalahanku, seraya aku mengelilinginya dan merayunya sebanyak tujuh puluh dua kali sehingga dia menjadi rela dan tertawa kepadaku dengan segala kerelaannya, sedang aku tetap merasa takut kepada Tuhanku.” Rasulullah bersabda kepada Fatimah r.a., “Wahai anakku, demi Dzat yang telah mengutusku sebagai nabi dengan agama yang haq, sesungguhnya sekiranya engkau mati sebelum Ali merelakanmu maka aku tidak akan menshalati mayatmu.” Kemudian beliau bersabda lagi, “Wahai anakku, tidakkah engkau mengetahui bahwa kerelaan seorang suami itu merupakan kerelaan Allah dan kemarahan seorang suami itu merupakan murka Allah.”
d. Banyak pasangan yang percaya bahwa pemecahan masalah harus dilakukan sampai tuntas, sebelum tidur. Jadilah mereka berdebat atau bertengkar sampai pagi. Padahal, beberapa jam kemudian mereka harus segera berangkat kerja. Bila suasana hati sudah semakin “panas”, sebaiknya hentikan dulu pembicaraan Anda dan pasangan. Tunggu beberapa waktu, atau bahkan beberapa hari untuk kemudian kembali duduk bersama dan mencoba membahas masalah ini. Pada saat seperti ini, komunikasi yang efektif dapt lebih mudah diraih dengan perasaan yang sudah “dingin”. Rasulullah saw pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kuberitahukan kepadamu, bekal istrimu di surga?” Para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Yaitu setiap istri yang penuh kasih sayang dan banyak anak (subur) dan bila ia marah atau diganggu atau dimarahi oleh suaminya, lalu ia menyerahkan dirinya dan berkata, “Inilah tanganku terserah kepadamu, aku tidak akan dapat tidur sehingga engkau rela kepadaku.” (H.R. Thabrani)
e. Jika marah pasangan Anda telah mereda, ajaklah ia bicara, duduklah berdua. Carilah tempat se-enjoy mungkin untuk Anda dan pasangan. Lakukan “open talk”, bicara terbuka dari hati ke hati. Bicaralah setepat dan sehati-hatinya agar tak kembali memancing konflik. Tanyakan harapan dan keinginannya, mengapa ia marah, mengapa begini, mengapa begitu. Lakukan dengan sabar dan lembut. Saat Anda open talk, jangan libatkan hati terlalu banyak. Sebab yang muncul hanyalah “pembenaran” diri dan egoisme individu yang tinggi. Apalagi dalam keadaan marah.
f. Jika konflik telah mereda, mintalah maaf kepada pasangan. Setiap pertengkaran selalu menyisakan emosi negatif bagi kedua pasangan. Semakin sering Anda bertengkar, semakin banyaklah tumpukan “racun hati” ini. Jadi, sangat disarankan untuk saling meminta maaf setelah pertengkaran usai. Bila masih terasa sulit untuk mengomunikasikan kata maaf secara terbuka, tunjukkan melalui sikap yang manis dan tindakan yang menyenangkan pasangan sebagai simbol permintaan maaf dan usaha untuk mengembalikan kehangatan hubungan. Memang memaafkan tidak selalu mudah, tetapi banyak kebaikan yang dapat dituai bila kita mau memaafkan. Sebagai mana dicontohkan Rasulullah saw, “Memaafkan atau meminta maaf memiliki banyak kebaikan. Memaafkan merupakan sikap para penghuni surga.” Sebagaimana firman Allah, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali Imran [3]: 133-134)
g. Jadi, tak ada ruginya memaafkan orang lain. Apalagi orang lain itu adalah belahan jiwa Anda. Ingatlah saat-saat indah Anda, saat menjemputnya ke pelaminan, saat-saat mesra bersamanya, kebaikannya, juga bakti dan kasih sayangnya. Semoga itu mampu melumerkan ketegangan yang tengah terjadi, melembutkan kemarahan di dada. Bisa juga suami mendinginkan kemarahan istri dengan mesra, seperti yang dilakukan Rasulullah. Nabi saw biasa memijit hidung Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai Aisy, bacalah doa, ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (H.R. Ibnu Sunni)
h. Seorang sahabat berkata kepada Nabi saw, “Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku.” Nabi saw berpesan, “Jangan suka marah (emosi).” Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi saw tetap berulang kali berpesan, “Jangan suka marah!” (H.R. Bukhari). Emosi itu memang harus disalurkan, namun terkadang, ada beberapa cara-cara lain yang lebih baik ketimbang menyalurkannya lewat kemarahan. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi amarah, yaitu berpindah tempat (misal dari duduk kepada berdiri), mengambil air wudhu, dan membaca ta’awudz. Menahan amarah bukanlah perkara mudah. Karenanya, Rasulullah saw berkata, “Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (H.R. Muttafaq Alaihi)
Nah itulah 2 sumber yang sempat saya kumpulkan untuk anda tentang Solusi jika sering bertengkar dengan suami atau istri, semoga bermanfaat!
Label:
Pernikahan
Posting Komentar